Aku, Kamu, Medsos dan Pilkada
April 28, 2017
Jadi gini nih kawan seperjuanganque, kite semue pan kemaren-maren yak kayaknye pusing bener dah ntuh ame pilkada Jakarte ampe ngomongnye ikutan jadi betawi, hehe.
Kebencian di media sosial akibat pilkada Sumber : http://wartakepri.co.id/wp-content/uploads/2017/01/Pilkada-hoax.jp |
Kalau boleh jujur, terus terang saya ikutan lelah membincangkan hal yang sama terus menerus. Berdebat tentang calon mana yang paling baik. Tidak lepas juga dengan menjelekkan pasangan calon lawan yang dinilai katanya belum berpengalaman (wkwkwk ups, please no offense). Nah di sini saya mau mencoba mencurahkan isi hati saya soal 'ketegangan' yang sudah berlalu (semoga ya). Sebenarnya, perasaan kalian gimana sih ketika buka facebook, twitter, instagram dan media sosial lainnya? Risih ga sih liat orang lain nge share berita ini-itu yang padahal kalo kita jeli, sumber berita yang dibagi itu entah dari portal berita apa (kayaknya antah berantah). Pasti risih kan ya?
Nah, saya sepertinya di sini mencoba untuk mengingatkan kembali anda-anda semua mengenai berita yang bersliweran atau berhamburan atau gampangnya KESIMPANG SIURAN BERITA. Kenapa sih saya pengen banget kita semua tahu dan tidak mudah termakan janji manis (heleh), tidak termakan isu-isu (maksud saya) yang mungkin kita baca dari media sosial. Karena, kita saat ini dalam posisi yang sebenarnya bukan lagi sebagai pengguna media sosial saja, tapi juga secara tidak langsung kita adalah BARANG DAGANGAN. Kok bisa?? Kenapa dari bahas berita simpang siur kok jadi barang dagang sih mas e?
Menyoal Pilkada, suara kita sebagai warga masyarakat yang taat akan demokrasi memiliki nilai jual yang sangat "WAH". Satu butir suara saja tentu akan sangat diperhitungkan bukan? Selisih satu butir suara saja dapat membuat calon lawanmu menang, itu saja intiya. Jadi, ketika kita dengan mudah percaya terhadap berita yang sebenarnya masih sangat amat sangat SIMPANG SIUR, maka dengan mudah anda akan berpihak kepada orang yang menurut anda paling bisa dipercaya. Apalagi, semakin anda menaruh perhatian pada berita-berita atau informasi yang sejenis dengan apa yang menjadi minat anda, maka mesin pencari (google) atau media sosial lain akan menawarkan berita-berita sejenis seperti apa yang anda minati. Dampaknya adalah, anda jadi malas untuk mencari berita lain mengenai calon kepala daerah yang tidak anda jagokan. Padahal, belum tentu calon yang tidak anda dukung memberikan penawaran program yang buruk bukan? Bisa saja menurut anda program-programnya buruk karena anda juga memperoleh informasi yang SALAH atau TIDAK LENGKAP atau TIDAK UTUH atau memang anda malah SAMA SEKALI TIDAK TAHU. Kenapa anda tidak tahu? Jawabannya karena anda memang sudah terbingkai dengan berita-berita baik tentang jagoan anda.
Sebagai pengguna facebook dan instagram (twitter udah ga main), saya hampir setiap hari seperti dicekoki oleh share berita dari 'teman' di media sosial yang isinya ya kalo tidak jauh-jauh dari memuja muja calon dukungannya atau menjelek-jelekkan calon lawannya. Please saya jenuh. Tapi hal yang membuat saya sebel adalah terkadang berita yang dibagikan itu dari media antah berantah atau mungkin beritanya sih bener, sumbernya jelas, tapi judul beritanya terkadang membuat orang yang membacanya hanya judul saja seolah bisa mengambil kesimpulan yang "tergesa-gesa". Padahal kalau kita baca lagi isinya tidak seburuk judul yang disajikan. Namanya juga media, kalau ngasi judul berita ya agak berlebihan sih emang (ya kan biar pembacanya juga banyak coy).
Belum juga baca beritanya ampe kelar, eh udah bikin kesimpulan sendiri, terus bikin caption yang seolah-olah lawannya itu ga ada bagus-bagusnya. Padahal kalau kita baca lagi sebenarnya berita itu isinya mungkin malah sebaliknya. Kalau udah gini siapa yang salah? Kalau kita ikut-ikutan membagikan berita itu dengan caption yang setengah-setengah itu, kita ya ikut andil dalam membentuk opini publik yang SALAH. Pepatah lama mungkin berkata, "mulutmu, harimau mu", tapi pepatah kekinian mungkin berkata "jarimu, harimau mu". Dengan bermodal jari saja kita berkontribusi dalam membelokkan kebenaran. Uwoo sereem yaa. Tapi itulah yang terjadi.
Ini baru ranahnya media sosial, belum nanti kita ketemu di grup Whatsapp. Hmm aplikasi satu ini juga sangat perlu diwaspadai. Kita tentu sering menerima pesan-pesan di grup yang isinya macam-macam. Dari hal-hal yang berbau motivasi, informasi kesehatan, tips-tips dan juga berita. Ini juga sangat berbahaya menurut saya. Kenapa? Karena mungkin sebagian informasi itu belum tentu kebenarannya. Apalagi kalau kita menemukan pesan yang tulisannya bold, atau HURUF KAPITAL semua dan lain-lain. Kita harus benar-benar mengecek sumber dari informasi tersebut supaya kita tidak secara mentah-mentah mempercayai informasi yang diberikan. Misalnya saja informasi tentang kesehatan yang berkaitan dengan cara menurunkan berat badan. Bisa saja informasi tersebut menyarankan anda untuk mengonsumsi makanan atau minuman tertentu untuk memperlancar diet anda. Tapi ketika tips tersebut anda jalankan justru kesehatan anda terganggu. Nah, ini berlaku untuk semua jenis informasi. JANGAN ASAL PERCAYA. HOAX sedang MERAJALELA!
Akhir kata, saya mengingatkan kepada kita semua di sini, yang membaca tulisan yang tidak jelas ini namun semoga ada manfaatnya, untuk selalu berhati-hati dalam menerima ataupun membagi informasi yang anda terima dari media sosial. Jangan hanya diterima mentah-mentah ya. Bisa jadi semua itu hanya HOAX belaka. Jangan sampai kita atau orang sekitar kita yang malah jadi rugi akibat informasi tersebut yang ternyata salah. Bermain media sosial boleh-boleh saja (boleh banget bahkan), asalkan semua itu dibarengi oleh niat yang baik. Maka semua akan bahagia warganya. Hehehe. Peace!
0 komentar